Home

Untitled-1

Home

Author: lightless_star | Fandom: EXO, 2NE1 | Cast: Park Chanyeol, Sandara Park | Genre: Romance, idk what the genre is -_- |  Rating: General | Length: Ficlet 

Hal pertama yang Sandara temui saat ia keluar dari ruangan sempit berbatas besi itu adalah manik mata cokelat gelap yang hangat milik seorang pemuda yang berdiri menantinya di depan sana. Tatap mata itu masih tetap sama seperti bertahun-tahun yang lalu, tak pernah kehilangan sedikitpun kesan ramahnya. Tak pernah sedikitpun kehilangan pancaran hangatnya. Namun gadis itu juga menyadari, itu bukan lagi tatapan mata yang polos seperti bertahun-tahun lalu. Selain kesan ramah dan pancar hangatnya, ada bayangan tentang darah, tentang luka, tentang rasa sakit yang masih belum sepenuhnya hilang.

Tapi pemuda itu tetap saja tak melepaskan senyum riang yang menempel di wajahnya. Menyambut si gadis dengan tangan terbuka, memberinya satu pelukan hangat saat akhirnya ia berhasil menghirup udara bebasnya yang pertama setelah bertahun-tahun ini. Ia merasa asing pada semua hal disekitarnya; pakaian yang ia kenakan, sepatu yang menempel di kakinya, tempat dimana ia berpijak. Namun tidak dengan laki-laki ini. Ia menjadi satu-satunya sosok yang masih terasa familiar hingga sekarang, yang membuat gadis itu merasa aman. Ya, dia merasa aman.

Namanya Park Chanyeol. Badannya tinggi besar, bahkan termasuk yang paling tinggi diantara mereka. Suaranya berat dan terkesan tegas. Tapi satu senyum idiot yang khas tak pernah lepas dari bibirnya.

Namanya Park Chanyeol. Laki-laki pengecut yang akan lari ketika menghadapi pertarungan satu lawan satu sekalipun tubuhnya lebih besar daripada lawan mereka. Laki-laki yang kakinya selalu gemetar saat instruktur memarahinya di hari-hari pelatihan mereka di camp militer dulu. Hari-hari yang sekarang sudah terasa sangat jauh dalam ingatan gadis itu.

Yang paling ia ingat adalah hari-hari dimana ia tak mampu melakukan apa-apa kecuali meringkuk di sudut ruangan sempit yang orang lain sebut penjara. Hari-hari dimana ia tidur bertemankan hewan-hewan kecil menjijikkan yang mengganggu disekitarnya. Hari-hari dimana ia makan makanan hambar yang sama dengan narapidana lain. Dimana orang-orang lain memandangnya dengan tatapan aneh, yang lama kelamaan membuatnya terbiasa.

Keberadaan Chanyeol disisinya kembali membangkitkan memorinya yang kini telah terasa kabur. Dan perlahan, Sandara mampu mengingat semuanya. Latihan kerasnya di camp militer, saat dimana ia membela Chanyeol yang dipukuli peserta pelatihan lain yang iri karena strategi perang yang dikemukakannya dipuji oleh instruktur, suara peluru yang dilepaskan dari senapan, suara ledakan yang dulu sangat sering ia dengar, suara jerit tangis orang-orang yang kehilangan keluarganya di medan perang, semuanya.

Ia bahkan ingat dirinya yang memegang senapan dan menghabisi teman se-pasukannya hanya demi ambisi pribadi yang sangat rumit untuk ia jelaskan sendiri. Ia ingat bau anyir darah saat itu, ia ingat suara teriakan dan hela napas terakhir orang yang ia habisi nyawanya.

Sandara ingat kalau dia pembunuh kejam yang pantas di penjara seumur hidup.

Pantas saja semua orang berbalik meninggalkannya.

Tapi Park Chanyeol selalu ada disisinya. Mengunjunginya setiap minggu, membawakan buku-buku bagus untuk ia baca, berbagi makanan yang dimasakkan Kyungsoo—teman Chanyeol—dengannya. Namun yang paling Sandara senangi adalah ketika Chanyeol menceritakan padanya banyak sekali hal. Tentang hari-harinya sebagai anggota militer, bagaimana ia membanggakan diri bahwa ia tak lagi gemetar saat harus turun sebagai prajurit atau berhadapan dengan Komandan. Sesekali ia bercerita tentang Kris dan Yixing—yang dulu satu angkatan dengan mereka saat di camp militer—yang sekarang sudah jadi ahli strategi perang di kemiliteran. Chanyeol juga bercerita tentang sinar matahari yang hangat, tentang padang rumput yang hijau, tentang dataran es raksasa.  Tentang langit biru tak berawan yang selama ini terasa sangat jauh untuk Sandara.

Ketika ia merasa putus asa dan berpikir kalau ia akan berada ditempat bernama penjara itu hingga ajalnya menjelang, pada tahun ke sepuluhnya orang-orang dengan seragam itu memberitahunya bahwa ia akan dibebaskan.

Hingga ia bisa kembali berada disisi pemuda dengan senyum paling cerah yang pernah ia lihat itu, yang matanya berkaca-kaca ketika Sandara memanggil namanya untuk pertama kali setelah ia bebas.

Mereka berjalan keluar. Entah sudah berapa lama rasanya mereka tidak berjalan berdampingan seperti ini.

Perang jelas telah usai. Dan Chanyeol sudah bukan anggota kemiliteran Korea Selatan lagi, itulah harga yang harus ia bayar untuk kebebasan Sandara setelah memohon-mohon pada atasannya dan orang-orang terkait.

Chanyeol meminta maaf pada Sandara karena ia tak bisa mengantarkan gadis itu pulang kerumah, karena mereka juga diharuskan untuk pindah dari Negara itu, pergi kesebuah tempat yang jauh. Namun gadis itu tak apa, ia tak pernah merasa begitu bersyukur seperti ini dalam hidupnya. Bahwa ketika semua orang meninggalkannya, masih ada Chanyeol yang memberinya sepotong harapan dan sebuah alasan baginya untuk tetap menjalani hidup dengan baik.

 “Selamat datang kembali.”

“Terima kasih. “

Dengan Chanyeol menggenggam tangannya, disertai tawa serta senyumnya yang cerah. Sandara yakin, seperti inilah rasanya pulang ke rumah.

-fin-

 

author’s note: 

penjelasan lengkap tentang apa yang saya lakukan di ruang ujian matematika kemarin. selain gambar, dan tidur. ya nulis ini HAHAHA ._. this. is. horrible. ngerjainnya waktu lagi ujian sih ;A;

sorry ChanDara shipper, kalo ini mungkin agak OOC atau gimana ehehe -_- aku sendiri juga sebenernya suka banget sama mereka berdua walaupun nggak nge-ship ;w; 

btw, posternya nggak terlalu nyambung ya lol biarin aja deh, itu ngebut banget buatnya xD